Saya bukan orang Jogya, saya pun tidak tinggal di Jogya, ke Jogya pun saya baru sekali tapi saya teriakkan dari sini " Jangan Ganggu Jogya !!!"
Mungkin ini terlalu emosional, tapi inilah sikap yg harus saya ambil jika melihat sesuatu yang menjadi kebanggaan bangsa kita, justru mau dihancurkan hanya atas nama demokrasi yang belum tentu bermanfaat!!!
Kebanggan saya, kekaguman saya akan Jogya, sejak saya kecil semasa SD. Pada pelajaran sejarah, saya mengetahui bahwa betapa besar peran Jogya pada masa perjuangan. Saya yakin, semua orang indonesia tahu akan hal itu, karena jika tidak belajar dibangku sekolah paling tidak mereka pernah menonton film Janur Kuning yang mengisahkan hal itu.
Kekaguman saya lebih bertambah disaat tahun 2002, saya sempat berkunjung ke Kraton menyaksikan peninggalan sejarah yang ada. Dengan kunjungan saya itu, saya tahu bahwa kesultanan Jogya sangat kaya. Jadi tidak heran jika keberadaan pejuang-pejuang pada masa itu dibantu oleh Sultan.
Peranan kesultanan Jogyakarta tidak bisa kita pungkiri. Sejarah telah membuktikan bahwa Jogya pernah menjadi ibu kota RI. Disamping itu, keistimewaan Jogya ada sejak jaman dahulu, jadi jangan diganggu!
Kedudukan Sultan sebagai Guburnur, harusnya dan harus tetap dipertahankan selamanya, selama Republik Indonesia ini masih ada. Jangan hanya atas nama demokrasi yang belum tentu memberikan manfaat yg lebih, hal ini mau dirubah.
Biarlah Gubernur Jogya selalu dan tetap ada ditangan Sultan. Untuk apa lagi kita rubah jika hal itu lebih bermanfaat dan memang dikehendaki oleh semua rakyat Jogya?
Pemilihan Gubernur Jogya justru banyak kerugiannya. Kerugian pertama adalah dari segi biaya. Berapa milyar lagi anggaran yg harus disediakan untuk itu? Padahal rakyat Jogya tidak menginginkannya!! Jika rakyat tidak menginginkan untuk apa dilaksanakan?
Untuk apa lagi.................
Semua telah jelas, rakyat hanya menginginkan Sultan untuk menjadi Gubernurnya. Ini sejarah. Ini fakta dan berlangsung sejak dulu. Bahkan pada jaman orde baru. Bahkan pada saat menjadi Wakil Presiden RI, Sultan Hamangkubuwono IX juga tetap jadi Gubernur Jogya.
Saya ingat betul, pada saat Sultan mau dipilih kembali menjadi Wakil Presiden, Sultan tidak bersedia lagi dan kembali Sultan menjadi Gubernur Jogya sampai akhir hayatnya.
Dari sinilah kita bisa melihat dan berpikir, bahwa Sultan sebenarnya tidak membutuhkan jabatan dan tidak gila dengan jabatan. Dan kami, rakyat butuh figur seperti Sultan.
Jadi sekali lagi saya berteriak dari sini, Jangan Ganggu Jogya!!!