29 Maret 2011

Anggota DPR Apakah Mereka Masih Wakil Kita?

Sungguh sedih hati saya melihat apa yang terjadi dan menjadi berita dari gedung DPR RI. Gedung yang harusnya menjadi tempat wakil kita dan tempat kita mengadu.

Kesedihan itu sebabnya 2 hal.

1. Dipecatnya Lily Wahid dan Ffendi Chairi.

Hanya karena berbeda pendapat dari kebijakan yang digariskan partai, Lily Wahid dan Efendi Chairi dipecat.

Pemecatan ini sungguh melukai hati rakyat, rakyat yang memilih mereka berdua. Jika sikap Lily dan Efendi berdasarkan keinginan dari rakyat yang telah memilih mereka, apakah masih pantas anggota DPR disebut Wakil Rakyat jika hanya karena berbeda pendapat dengan partai harus dipecat.

2. Pembangunan Gedung Baru DPR.

Pembagunan gedung baru ini bukan hanya melukai tapi bahkan mencabik-cabik hati seluruh rakyat yang masih miskin, yang berpikir dan berjuang keras demi untuk mencari makan sebentar malam untuk istri dan anaknya.

Sungguh tidaklah arif jika rakyat yang menjadi wakil bagi para anggota dewan banyak yang masih hidup dibawah garis kemiskinan sedangkan wakil mereka di DPR membelanjakan uang yang seharusnya bisa digunakan untuk memerangi kemiskinan.

Lihatlah, betapa banyak rakyat yang hidup dalam rumah yang berukuran 21 M2. Disana mereka harus tidur dan disana pula anak-anak mereka harus belajar sedangkan wakil mereka harus diberi ruang kerja yang ukurannya diatas 100 M2 yang hanya digunakan pada saat mereka kerja bahkan mungkin tidak digunakan karena wakil mereka banyak tidak masuk kerja.

17 Maret 2011

Tsunami yang disampaikan Muhammad SAW

Tsunami yang disampaikan Muhammad SAW


Kita terpana lagi dengan luluh lantaknya Jepang akibat gempa yang menimbulkan tsunami. Kejadian di Jepang beberapa hari lalu, seakan memaksa memori kita untuk mengingat kembali kejadian Tsunami di Aceh pada tahun 2004, 7 tahun lalu.

Tsunami, kata itu sudah sangat akrab ditelinga kita. Kita juga sudah dapat membayangkan bagaimana akibat yang ditimbulkan olehnya. Kita tahu karena kita telah belajar banyak dari pengalaman yang terjadi. Kita paham karena kita telah menyaksikan bagaimana tsunami menerjang dan meluluh lantakkan semua yang dilaluinya. Ya kita tahu karena kita menyaksikan dengan mata kita sendiri.

Tsunami yang memberikan efek yang sangat merusak ini telah disampaikan oleh Muhammad SAW, 500 tahun yang lalu, sebelum gejala alam ini diketahui keberadaanya.

Marilah kita simak bagaimana Al-quran menggambarkan peristiwa kiamat dalam surat AL-INFITHAR.

Ijassamaa unfatharat 1) Waijalkawakibun tasarat 2) Waijalbiharu pujjirat 3)

1) Apabila langit terbelah
2) dan apabila bintang-bintang jatuh berserakan
3) dan apabila lautan dijadikan meluap

Saat itu disampaikan Rasullullah (yang juga seorang yang buta huruf dan tidak pernah sekolah) maka ada yang percaya dan ada juga yang tidak. Mungkin jika anda atau saya hidup pada jaman Rasulullah SAW, kita juga akan masuk ke dalam kelompok yang tidak mempercayainya.

Lautan yang meluap, bagimana caranya? Mungkin itu yang akan kita tanyakan.

Kepercayaan akan meluapnya laut (tsunami) hanya dapat dicapai dengan keimanan. Dan mungkin demi untuk memantapkan keimanan kita pada jaman sekarang ini, Allah telah menunjukkan kepada kita bahwa apa yang disampaikan Rasul kita, Muhammmad SAW, adalah sesuatu yang BENAR DAN TIDAK PERLU KITA PERTANYAKAN LAGI.

Alhamdulillah, Allah hanya memilih tsunami untuk menggambarkan bagaimana kiamat nanti terjadi dan tidak memilih Langit yang terbelah atau bintang-bintang yang jatuh.

Dari kejadian tsunami ini, maka tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali tunduk dan sujud kepada Allah SWT. Melaksanakan segala perintahNya dan menjauhi semua laranganNya. Semoga dengan demikian kita semua akan masuk ke golongan orang-orang yang selamat. Amin.